Memilih buku cerita buat anak itu gampang-gampang susah. Ehm, apa susah-susah gampang ya? hehe. Mau tahu tipsnya?
Pernah muter-muter berjam-jam di toko buku, karena banyaknya pilihan buku cerita buat anak? Atau, sudah kadung beli buku cerita, sampai di rumah, eh tak cocok buat anak kita?
Memilih buku cerita anak sama dengan mendidik anak. Bingung dalam memilihnya adalah persoalan pendidikan sehari-hari buat anak kita. Karena itu, tips berikut sangat cocok buat Ayah, Bunda dan Kakak yang bingung memilih buku cerita.
1. Pilih judul yang memberikan efek positif
Contoh: Beruang yang Murah Hati, Serigala Penolong, Anak yang Suka Berbagi dan semacam itu. Apa efeknya? Anak melihat kenyataan secara lebih sederhana, satu lawan satu. Jika ada judul, misalnya “Beruang yang Murah Hati”, maka akan mudah buat anak mengartikan bahwa beruang adalah binatang yang baik hati. Terjadi generalisasi.
2. Jika cerita bergambar, pilih gambar yang mengundang emosi positif
Contoh gambar yang mengandung emosi positif: Gambar adegan saling tolong menolong, anak kecil yang memberikan atau berbagi bekal minumnya, dan semacam itu. Hindari gambar orang bertaring, darah berceceran, pembunuhan fulgar dan semacamnya.
Apa emosi yang timbul dari gambar yang mengandung emosi positif? Anak bisa menjadi optimis, gembira, termotivasi dan sebagainya. Sebaliknya, jika gambar mengandung emosi negatif, maka efeknya ketakutan, marah, sedih berlebihan dan semacamnya. Jika emosi negatif terlalu intens, maka akan terjadi ketidakseimbangan diri, menjadikan anak rentan, misalnya rawan stress, sedih atau marah berlebihan, menarik diri dan semacamnya.
3. Pakai kata-kata yang mengundang emosi positif
Contoh: Wow, pagi ini Kamu rapi sekali!, Yuk kita kerjasama dan semacamnya. Sebaliknya, hindari kata-kata yang mengandung emosi negatif, seperti perampok itu menendang, memukul, menusukkan belati dan mengoyak perut pemilik rumah. Efeknya? sama dengan gambar yang menimbulkan emosi positif.
4. Cerita sederhana dengan pesan yang jelas
Untuk anak-anak, lebih bagus cerita dengan isi yang sederhana. Bagaimana itu? Punya satu persoalan dan satu penyelesaian. Tapi hal ini sangat tipikal. Jika anak menginginkan cerita yang lebih kompleks, artinya anak bisa menerima cerita seperti itu dengan baik.
Contoh: Rumah kotor, karena Dio dan Tito menunda membersihkan. Sampah bertambah sedikit demi sedikit. Ibu besok datang, anak jadi panik. Ibu mengabarkan, akan datang bersama Rino, sepupu Tito dan Dio, yang siap membantu membersihkan rumah. Karena gengsi, mereka berdua membersihkannya.
5. Alur maju yang pendek
Anak-anak lebih mudah menerima cerita dengan alur maju, apalagi jika tidak terlalu panjang ceritanya. Seperti poin sebelumnya, poin 5 ini juga tipikal bagi masing-masing anak. Contohnya:…. Kakak punya contohnya?
Demikian tips memilih buku cerita buat anak. Apakah Ayah, Bunda, Kakak punya tips yang lainnya? Bagi dong!
Simak pembahasan “Tips Memilih Cerita Anak” di #EduStory, Kamis 17 Januari 2013, pukul 19.00 WIB. Jangan lewatkan, Kak!